Pages

Ads 468x60px

Labels

Matematika Sedekah

Pada zaman yang serba canggih ini, manusia mengukur segala sesuatu dengan akal, sehingga sesuatu yang tidak rasional mereka tolak mentah-mentah tanpa memperdulikan apapun alasannya dan darimana datangnya. Mereka langsung berkata “Mana mungkin ini tidak logis ? ”.

Contoh kecilnya adalah sedekah. Jika mereka disuruh bersedekah atau mengeluarkan zakat, baik zakat hasil usahanya sendiri yang sudah mencapai batasan wajib mengeluarkan zakat atau zakat-zakat yang lainnya, mereka sangat enggan dan berat hati melakukannya, bahkan jadi beban yang membekas dalam hati.

Jika ditanya perihal penolakannya terhadap perihal zakat mereka akan menjawab, takut hartanya berkurang, tambah sedikit dan jatuh miskin gara-gara melakukan zakat. Tidak ada yang mau menyumbang atau peduli pada pembangunan masjid, kecuali sedikit sekali dari mereka yang melakukannya.

Entahlah, apakah masyarakat dan manusia lainnya tidak tahu pada keutamaan bersedekah yang telah dijelaskan oleh Nabi, atau memang tidak menyadarinya? Naudzubillah.

Padahal kalau kita lihat orang-orang di sekitar kita yang senang dan sering bersedekah tidak ada yang kekurangan apalagi menjadi miskin, malah tanbah berbarakah harta dan lancar rezekinya.
Andaikan semua orang kaya didunia ini, terutama di Indonesia, mau bersedekah (mengeluarkan zakat), maka tidak ada yang namanya kemiskinan di dunia ini.

Ironisnya mereka selalu mengedepankan akal, mereka hanya menghitung dengan angka dan akal. Padahal, matematika Tuhan tidaklah sama dengan matematika manusia. Memang sudah pasti kalau satu dikurangi satu adalah nol dalam metematika manusia. Tapi dalam matematika Tuhan adalah satu dikurangi satu sama dengan tujuh ratus.

Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam al-Quran yang artinya:
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat-gandakan bagi siapa saja yang ia kehendaki.” (QS al-Baqarah [02] : 261).

Begitulah keutamaan dari Allah yang diberikan pada umat ini, maka janganlah kita takut akan miskin jika bersedekah, karena sedikitpun harta kita tidak akan berkurang. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah : “Harta tidak akan berkurang karena disedekahnkan, bahkan akan bertambah, bertambah dan bertambah.” (HR Abu Dawud).

Mungkin sulit bagi kita untuk membiasakan diri bersedekah, karena masih belum kuatnya pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan sedekah, kurangnya tawakkal dan tidak adanya keyakinan. Hal ini harus dilatih dengan membiasakan diri dan memulai bersedekah pada keluarga kita. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah: “Tangan di atas (pemberi) lebih baik dari pada tangan di bawah (penerima) dan melailah (bersedekah) pada keluarga. ” (HR Bukhari).

Setiap harta yang kita keluarkan untuk bersedekah tidak akan berkurang sedikitpun, bahkan akan bertambah dan menjadi berkah. Berkah ini tidak hanya bagi si penyedekah, namun juga berpengaruh kepada keluarga dan tetangga. Sebab sedekah sebagaimana yang ditulis Muhammad Ali bin Muhammad as-Syafi’I dalam Dalilul-falihin li thuruqi Riyadis-shalihin-nya ketika memberi penjelasan Hadis Nabi yang menjelaskan orang pelit, “sedekah dapat menolak mala petaka.”
******

Untuk itu, mari kita memulai bersedekah dengan diri kita sendiri, kemudian berlanjut kepada orang-orang disekitar kita. Sebab sebagaimana yang penulis singgung di atas, andaikan seluruh penduduk dunia, umumnya, dan seluruh penduduk Indonesia, khususnya, sadar dan mau mengeluarkan zakat (sedekah), maka niscaya tidak ada kemiskinan di dunia. Semua akan hidup tentram.

Sumber tulisan : Sidogiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Followers

 
Blogger Templates